Setiap kali berlebaran dan main ke
rumah saudara di kampung, saya sangat senang sekali. Sebab sambil
bersilaturahim saya bisa melihat pemandangan yang indah di desa. Hamparan sawah
yang luas dengan latar belakang pegunungan yang mempesona. Siapapun akan
memujinya seraya berkata, “subhanallah”. Maha suci Allah yang telah
menciptakan alam di desaku yang indah.
Sambil sarapan bubur di dekat
perkebunan teh saya melihat pemandangan yang sangat indah sekali. Inilah
indahnya wajah desaku yang tak saya temui di kota besar seperti Jakarta.
Para petani sudah turun ke ladang,
dan hamparan sawah yang luas membuat saya bersyukur kepada Allah dapat melihat
tempat yang mempesona ini.
Banyak orang kota datang ke desa kami ini untuk berlebaran. Menikmati indahnya kampung halamannya.
Itulah mengapa banyak orang di kota memaksakan diri mudik ke kampung halamannya
di saat lebaran idul fitri. Bukan hanya sekedar ingin bersilaturahim, dan
saling bermaafan, tetapi juga merasakan suasana desa yang menyejukkan hati.
Kalau saja banyak pekerjaan di desa tentu tidak akan banyak orang yang
urbanisasi ke kota. Perlu kretivitas pemimpin kepala daerah untuk mampu
menciptakan lapangan kerja baru di desa.
Indahnya wajah desaku tak kalah
dengan indahnya desa di pulau dewata bali. Seandainya saja pemerintah daerah
mampu mengembangkan potensi desaku menjadi desa wisata, pastilah akan ada
lapangan kerja baru untuk para penduduk di desa.
Mereka bisa melihat langsung
kualitas cabai merah dari desa taraju. Cabai merah adalah hasil
perkebunan dari desa taraju yang telah masuk pasar induk diberbagai kota
termasuk bandung, jakarta, dan semarang.
Akhirnya indahnya wajah desaku
membuat saya betah berlebaran di kampung. Suasana desa yang menyejukkan hati
membuat diri ini jadi malas pulang ke kota. Pesona desa taraju bagaikan pretty
woman dari bumi parahiyangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar